Viral Pawang Hujan di Mandalika, Ternyata Begini Hukum Menggunakan Jasa Pawang Hujan Menurut Para Ulama
sumber foto : unikpost
Pawang hujan menjadi pembicaraan yang ramai di masyarakat, baik di media sosial maupun kehidupan nyata. Hal ini karena aksi pawang hujan Rara Istiati Wulandari di pagelaran MotoGP Mandalika Lombok.
Aksi pawang hujan ini memunculkan pro kontra. Ada yang menganggap ini bagian dari praktik syirik, namun ada yang menganggap ini adalah bagian dari tradisi lokal.
Komentar minor tentang syirik ini lebih banyak terkait dengan persoalan adanya sesajen maupun bakar dupa dalam aksi pawang hujan. Lalu apakah dalam Islam mengajarkan cara meminta menghentikan hujan?. Atau bagaimana praktik pawang hujan dalam Islam?.
Pawang hujan adalah sebutan untuk seseorang dalam masyarakat Indonesia yang dipercaya dapat mengendalikan hujan atau cuaca. Umumnya, pawang hujan mengendalikan cuaca dengan memindahkan awan. Jasa pawang hujan biasanya dipakai untuk acara-acara besar seperti perkawinan, konser musik dan banyak lagi.
Suksesnya gelaran latihan bebas pertama dan kedua MotoGP Mandalika, disebut-sebut tak lepas dari peran pawang hujan yang ditugaskan ITDC. Pawang hujan tersebut adalah perempuan Indigo asal Bali, Rara Isti Wulandari.
Pada sebuah wawancara, Rara mengatakan cuaca hari pertama diminta lembab dengan sekitar lokasi tetap diselimuti awan sehingga tidak panas agar membuat para pembalap nyaman karena tidak terbiasa dengan iklim tropis yang ada di Indonesia.
“Jadi lembab, mereka meminta hujan tapi masih ada pekerjaan, jadi saya mintanya agar suhunya turun. Atas izin Allah Tuhan yang maha kuasa, Sang Hyang Widiwase, dan dewa-dewa yang saya panggil, itu beneran saya bisa menggerakkan awan dan lembab.
Nah hari ini supaya pembalap nyaman, diminta sedikit gerimis, tadi pagi sudah hujan tetapi tidak boleh hujan terlalu dan terus gerimis intensitasnya hampir satu jam,” jelasnya.
Dirinya meminta support agar semua berjalan baik. Dia juga mengatakan bahwa memanggil hujan dan panas berbeda prosesinya.
“Kalau panggil hujan itu, disini harus ada es batu, dibikin kolam ada airnya dan ada sesajennya,” katanya.
Dalam pandangan agama Islam, terdapat pertentangan pendapat di antara ulama Indonesia tentang hukum pawang hujan. Sebagian menganggap pawang hujan adalah perilaku syirik karena menyalahi takdir Allah.
Seperti dilansir PortalSulut.com Minggu, 20 Maret 2022 dari Youtube Ari Pati, berikut penjelasan Ustadz Abdul Somad dan Buya Yahya terkait hukum pawang hujan menurut Islam.
Dalam sebuah ceramah di salah satu masjid, seorang jamaah bertanya pada Ustadz Abdul Somad terkait profesi pawang hujan menurut pandangan Islam.
Dalam ceramah tersebut, Ustadz Abdul Somad menjelaskan jika terdapat syarat tertentu dalam mengendalikan hujan agar tidak turun, seperti jangan mandi dan lain sebagianya, maka di khawatikan yang demikian merupakan syarat dari Jin dan hukumnya bisa jadi syirik.
UAS melanjutkan jika dalam menghentikan hujan dilakukan dengan meminta kepada Syekh, tanpa syarat-syarat yang kotor dan hanya mengharapkan pada ridho Allah SWT maka dalam hal ini di bolehkan.
"Tapi kalo mintanya sama Tuan Syekh, tidak ada syarat-syarat yang kotor. Kita sama-sama berdoa ya Allah mohon kabulkan permintaan kita. Semata-mata hanya berdoa kepada Allah, maka tidak masalah. Tapi kalau dengan syarat-syarat bakhil, mintanya kepada jin, ini tidak di bolehkan dalam islam.
Pada kesempatan lain, Buya Yahya juga menjelaskan mengenai hukum pawang hujan menurut pandangan Islam.
Senada dengan Ustadz Abdul Somad, Buya Yahya mengingatkan, segala sesuatu yg berhubungan dengan dukun, dan meminta selain kepada Allah SWT, maka hal tersebut merupakan bentuk kesyirikan dan hukumnya haram.
"Kalau kita minta doa kepada ulama agar tidak turun hujan dengan cara dzikir berharap semoga Allah memberikan yang terbaik, itu di bolehkan. Tapi kalau berurusan dengan dukun, minta pada jin dan sebagainya, hal tersebut di larang."
Buya menambahkan lebih baik minta doa pada orang sholeh. "Ada orang sholeh yang memang doanya dikabulkan oleh Allah SWT. Datangilah orang sholeh dan mintakanlah doa, bisa dengan cara dzikir ataupun sedekah insya Allah dengan izin Allah, hujan akan reda. Tidak perlu undang pawang." Tegas Buya.
Selain itu Buya Yahya kembali mengingatkan bahwa hujan adalah berkah yang diturunkan Allah SWT sehingga kita jangan lupa harus mensyukurinya.
Dalam unggahan Video Kajian Ustadz Adi Hidayat di akun Adi Hidayat Official, dijelaskan tentang bagaimana cara meminta kepada Allah bila terjadi hujan deras saat melakukan aktivitas yang positif. “Di sini diajarkan cara memohon pada Allah agar memalingkan hujannya ke tempat yang lain,” kata UAH.
Lalu UAH membacakan Hadits Nabi tentang seseorang yang meminta pada Rasulullah agar berdoa kepada Allah agar memalingkan hujan ke tempat lain, sehingga di tempatnya berhenti hujan. Lalu Rasulullah berdoa Allahuma hawalaina wala alaina, yang artinya Ya Allah mohon alihkan hujan ini ke tempat lain sesuai kehendakMu. Doa ini dibaca tigakali.
Bagi orang Islam, kata UAH, ini adalah doanya. Ia meminta agar tidak menyimpang, menggunakan perangkat lain yang justru bertentangan dengan Alquran maupun hadits.
Penulis : Muhamad Zakir Mokoginta via portalsulut.pikiran-rakyat.com
Belum ada Komentar untuk "Viral Pawang Hujan di Mandalika, Ternyata Begini Hukum Menggunakan Jasa Pawang Hujan Menurut Para Ulama"
Posting Komentar